Nabi Muhammad Saw lahir pada hari Senin tanggal 12 bulan Rabiul awal tahun gajah di Makkah Al Mukharomah. Disebut tahun gajah karena saat itu ada pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah Habasyah yang ingin merobohkan ka’bah.
Menjelang kelahiran Nabi
Muhammad, ada sejumlah peristiwa besar yang terjadi. Beberapa peristiwa besar
itu, seperti singgasana Raja Persia Kisra Anusyirwan yang bergoyang dan 14
balkon istananya ikut runtuh. Selain itu, padamnya api sesembahan kaum Majusi di
Kuil pemujaan di Persia (kini Iran). Padahal api ini diyakini sudah menyala
seribu tahun lebih dan tak pernah padam sekalipun. Masyarakat Majusi berusaha
untuk menghidupkan kembali api tersebut untuk disembah, namun upaya mereka
gagal. Peristiwa besar lain menjelang kelahiran Nabi Muhammad, yaitu air Danau
‘A’ yang dikultuskan oleh masyarakat Persia, tiba-tiba surut. Tasik Sava atau
semenanjung suci bagi masyarakat Persia pun mendadak tenggelam. Sementara di
Makkah, pasukan gajah yang dipimpin Raja Yaman, Abrahah gagal menyerang ka’bah.
Abrahah merasa iri sebab perekonomian Makkah denganadanya ka’bah lebih maju
daripada Yaman yang punya kuil untuk sesembahan juga. Banyak orang berziarah ke
Ka’bah sehingga mendongkrak perekonomian Makkah. Sebaliknya sedikit orang pergi
ke kuil di Yaman. Abrahah pun menyerang Makkah dengan menggunakan pasukan
gajah. Peristiwa penyerangan ini diabadikan dalam Al-Quran surat Al-Fil.
Disebutkan bahwa saat masuk kota Makkah, pasukan gajah dihujani batu oleh
sekelompok burung ababil. Pasukan gajah kocar-kacir dan Ka’bah serta kota
Makkah selamat.Tak lama setelah itu, Nabi Muhammad lahir.
Nabi Muhammad lahir dari seorang
ibu bernama Aminah dan ayah bernama Abdullah.Abdullah meninggal dalam
perjalanan niaga dari Syam saat Nabi Muhammad berusia 3 bulan dalam kandungan
Aminah. Abdullah meninggal ketika singgah ke tempat saudara ibunya di Yatsrib.
Nabi Muhammad kemudian diserahkan
kepada ibu pengasuh Halimah Sa’diyah. Dalam asuhannyalah nabi Muhammad
dibesarkan sampai usia 4 tahun. Setelah itu, kurang lebih 2 tahun beliau berada
dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia 6 tahun, Nabi Muhammad menjadi
yatim piatu.
Setelah menjadi yatim piatu, Nabi
Muhammad tinggal dan diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib. Namun, dua tahun
kemudian Abdul Mutahalib meninggal karena renta. Tanggung jawab selanjutnya
beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, dia sangat
disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekkah secara keseluruhan
tetapi dia miskin.
Dalam usia muda, Nabi Muhammad
sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Melalui
kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung.
Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu di balik semuanya.
Pemikirandan perenungan itu membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu
duniawi, seingga ia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak
namanya. Karena itu sejak muda ia sudah dijuluki al-amin,orang yang terpercaya.
Ketika pamannya, Abu Thalib
memutuskan untuk pergi ke Syam dalam misi perdagangan,pada waktu itu usia Nabi
Muhammad telah mencapai 9 tahun. Ketika pamannya mau berangkat, tiba-tiba saja
Nabi Muhammad bergantungan pada pamannya dan tidak mau berpisah, yang
menyebabkan pamannya berkata, “Aku akan membawanya bersamaku ke Syam dan dia
tidak boleh berpisah denganku dan aku tidak akan pernah meninggalkannya.”Setelah
sampai di sebuah kota bernama Bashrah di wilayah Syam, di tempat itu dikenal
ada seorang pendeta yang selalu beribadah di tempat peribadatannya. Mereka memutuskan
untuk berteduh di bawah pohon dekat tempat peribadatan itu. Pendeta itu
memperhatikan awan yang menyertai perjalanan mereka dan dahan pohon yang
memayungi Nabi Muhammad sehingga dia berteduh di bawahnya dari terik matahari.
Pendeta itu penasaran dengan apa yang dia saksikan, sehingga dia mengundang
mereka semua untuk hadir dalam undangan makan siang. Mereka semua hadir kecuali
Nabi Muhammad karena usianya masih sangat muda. Setelah mereka hadir dan
pendeta Buhaira tidak menemukan tanda-tanda yang dia ketahui, maka pendeta
Buhaira berkata, “Apakah kalian semua telah hadir?’ Mereka menjawab,”Semua yang
pantas menghadiri undanganmu telah hadir kecuali satu. Dia adalah anak kami
yang masih kecil.” Buhaira berkata,”jangan lakukan itu, tidak boleh ada yang
ketinggalan dalam undanganku ini,tolong panggil dia!”
Setelah Nabi Muhammad hadir,
Pendeta Buhaira berdiri dan berkata,’ Wahai anak kecil (Muhammada),demi Lata
dan “Uzza aku bertanya kepadamu dan aku sangat mengharapkan engkau mau menjawab
apa yangaku tanyakan.” Buhaira bertanya dengan sumpah itu, karena ia mendengar
orang-orang Quraisy suka mengucapkannya. Namun, Muhammadsegera
menjawab,”Janganengakutanya aku dengan nama Lata dan ‘Uzza. Demi Allah, tidak
ada yang aku benci melebihi keduanya.” Buhaira berkata lagi, “Kalau begitu,
atasnama Allah aku memintamu untuk menjawab pertanyaanku.” Muhammad
berkata,”Katakanlah, apa yang ingin engkau tanyakan.’
Buhaira kemudian bertanya
berbagai hal pada Nabi Muhammad, mulai dari tidurnya, tentanggayanya dan
tentangperkara-perkara lainnya. Nabi Muhammad pun menjawab semua pertanyaan
itudengan lancer. Mka apa yangbkemudian didengarvoleh Buhaira benar-benar sama
dengan apa yang ia ketahui selama ini. Kemudian ia melihat punggung Nabi
Muhammad dan menemukan ‘cap kenabian’ diantara kedua pundaknya,sesuai dengan
tempat yang semestinya, sebagaimana yangia ketahui.
Maka setelah mengetahui
tnda-tanda itu, Buhaira lalu menemui Abu Thalib. “Apa hubunganmu dengan anak kecil
itu?” Abu Thalib menjawab bahwa Nabi Muhammad adalah anaknya. Buhaira
membantahnya, “Ia bukan anakmu dan semestinya anakitu tidak memiliki ayah yang
masih hidup.” Abu Thalib menjwab, “ Ia keponakanku (anak saudaraku).” Ayahnya
telah meninggal ketika ibunya masih mengandung.” Buhaira berkata, “Bawalah
segera pulang anak itu dan jagalah ia dari orang-orang Yahudi. Demi Allah jika
mereka melihatnya dan megetahui anak itu seperti yang aku ketahui,maka mereka
akan menyakitinya. Pendeta itupun berkata bahwa kelak keponakan Abu Thalib akan
menjadi orangpenting di negrinya.
No comments:
Post a Comment